Langsung ke konten utama

Rehat Media Sosial ( TikTok )

    Pernahkah kamu terbayang untuk memutuskan "istirahat" dari media sosialmu ? Kira-kira apa saja yang bakal kamu rasakan kalau kamu "berhenti" sejenak dari kehidupan di media sosial ? Apakah akan terasa hampa? atau sebaliknya kita merasakan kepuasan yang sudah lama kita impikan ? Kali ini saya akan membahas topik ini dengan judul "Rehat Media Sosial".

    Semua ini dimulai dari saya yang merasa sudah jenuh dengan media sosial pribadi saya. Bagaimana tidak, saya sudah bermain media sosial sejak SD (Ya, kamu tidak salah baca). Saya memalsukan identitas saya untuk mendaftar di Facebook pada saat itu. Hal yang saya bayangkan pada saat itu hanya untuk menambah teman dan bermain game online.

    Kurang lebih berarti saya sudah 10 tahun berkelana di internet khusunya bermain media sosial. Pada masa itu tentunya teman-teman SD saya pun sudah memiliki akun Facebook dengan cara yang sama yaitu memalsukan identitas (Memalsukan umur). 

    Sejak saat itu saya rajin sekali bermain media sosial hingga tak terasa sudah 10 tahun umur akun Facebook saya. Setelah 10 tahun berlalu, tentunya tidak hanya Facebook yang saya mainkan. Beberapa media sosial lainnya seperti : Instagram,Twitter,TikTok dsb pun tak lupa saya daftarkan akun saya.

    Entah datang darimana, tiba-tiba Youtube saya merekomendasikan sebuah video seperti ini :


    Saat video tersebut saya putar, saya sedang bersantai di kasur saya dan ditengah video saya mulai membayangkan apa yang terjadi pada video tersebut. Pada video tersebut, Ferry Irwandi yang menceritakan pengalaman dirinya memutuskan untuk berhenti bermedsos selama 2 minggu dan hasilnya sangat bagus baik secara fisik maupun psikis.


    Lantas bagaimana media sosial ini mempengaruhi hidup kita? paling tidak selama 1 dekade belakangan ini. Otak manusia memproduksi hormon kebahagiaan yaitu dopamin dan oksitosin. Salah satu yang akan saya bahas yaitu hormon dopamin. Hormon dopamin memberikan sensasi kenikmatan kepada manusia. Efeknya membuat manusia memiliki keinginan untuk mencari terus menerus sumber kebahagiaan tersebut, dalam hal ini media sosial.

    Berarti, kurang lebih selama 10 tahun saya bermedia sosial 10 tahun juga saya sangat haus akan dopamin. Ketika hal ini saya sadari dengan menonton video diatas, saya memutuskan untuk rehat sejenak dari media sosial saya. Saya memulainya dengan rehat dari TikTok, mengapa TikTok ?

1.    Bermain TikTok Karena Penasaran

    TikTok sudah menjadi perbincangan paling tidak selama 2-3 tahun belakangan ini khususnya di dalam negeri, saya mengetahui TikTok pada saat itu (2019) karena ada satu video viral yang masuk ke trending YouTube yaitu Bowo. Saya tidak tahu apakah teman-teman masih ingat videonya, saya sudah melupakannya yang intinya Bowo ini berhasil mencuri perhatian di platform TikTok.

2.    Sudah 1 Tahun Bermain

    Pada masa viral-viralnya Bowo, saya belum memutuskan untuk menginstall namun satu tahun setelahnya ketika malam hari saya penasaran, apasih itu TikTok ? saya menginstall dan saya larut dalam video TikTok yang hanya 15-30 detik. Waktu yang saya habiskan untuk satu kali membuka TikTok bisa mencapai 1-1,5 jam per hari. Saya jalani hal seperti ini sejak pertengahan 2020 hingga sekarang yaitu Maret 2021.

3.    Merasa Tidak Sehat

        Video TikTok tentu ada yang baik dan buruk, semua media sosial pun demikian bak pisau bermata dua. Saya merasa tidak sehat karena ketika saya bosan saya mencari video-video lucu di TikTok, tentunya untuk menambah hormon dopamin saya. Diantara banyaknya video TikTok, tentu selalu ada saja kelakuan yang kesannya ingin viral dan mencari perhatian lebih dari netizen. Hal seperti ini yang saya rasa, saya harus rehat sejenak dari TikTok.

Rehat dari TikTok

Lantas bagaimana saya memutuskan untuk rehat sejenak dari TikTok ?
Saya mencoba di hari pertama saya yaitu pada hari Senin,22 Maret 2021 dan berakhir di Senin,29 Maret 2021. Yang saya lakukan pertama tentu saja Uninstall TikTok.
Langkah pertama tentu terasa sulit, setelah satu minggu "Hidup Tanpa TikTok", saya merasakan apa yang Ferry Irwandi bilang pada videonya yaitu : 

"Beristirahat dari media sosial gausah 2 minggu 1 minggu aja itu udah bikin psikis dan fisik lo lebih baik".

Semua terbukti bahwa saya hidup tanpa TikTok selama seminggu pun tidak ada masalah yang berarti, mungkin saya akan ketinggalan informasi di TikTok selama seminggu tetapi saya sudah cukup lama bermedsos 10 tahun. Informasi yang saya butuhkan bisa saya dapatkan di banyak sumber di Internet.

Kesimpulan

    Rehat dari Media Sosial adalah hal yang baik, karena diri kita tidak bisa hidup terus menerus di media sosial. Akan ada kalanya, hidup kita harus kita fokuskan dengan apa yang nyata di depan mata kita. Berhenti sejenak selama seminggu dari TikTok pun bukan keputusan yang mudah karena saya sudah satu tahun ada dalam platform tersebut. Apalagi untuk rehat sejenak dari Twitter? Facebook? atau Instagram?


    Saat ini pada hari Senin,29 Maret 2021 saya pun mencoba untuk melanjutkan rehat saya dari TikTok menjadi dua minggu dan menambah satu media sosial yaitu Instagram. Saya memutuskan untuk berhenti sejenak per hari ini dan kita lihat apa yang terjadi dengan hidup saya selama 1 minggu tanpa Instagram ???


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pulang Pergi atau Ngekost ?

Nikmatnya ngekos? Bahagianya Pulang Pergi, enak mana ya? Well, kalau kamu tinggal di kota besar dan memiliki akses pendidikan yang bagus dibanding daerah lain kamu tidak perlu ngekos di kota orang karena daerahmu sendiri sudah termasuk yang maju dibandingkan yang lainnya. Tapi apasih kelebihan dan kekurangannya ? mari kita ulas !

Ngoding atau ga ngoding?

Ilustasi Bahasa Pemrograman Jauh sebelum memasuki dunia perkuliahan, aku pernah bermimpi untuk masuk di jurusan Informatika. Saat itu belum ada dibayanganku bahwa ngoding ternyata tidak semudah itu. Aku hanya tau bahwa nantinya bakalan ngoding dan ngoding dan ngoding lagi tanpa tau ngoding sendiri itu apa

Enak Gak Sih Jadi Mahasiswa ?

Maha-siswa , tingkatan tertinggi setelah 12 tahun kita menjalani wajib sekolah.Perjuangan menjadi mahasiswa bisa dibilang tidak mudah.Kurang lebih hanya 1/7 dari 700.000 sekian siswa yang mengikuti SBMPTN yang diterima di PTN itu belum dengan jalur yang lain.Saling sikut dengan teman satu sekolah menjadi hal wajar demi mengejar PTN impian.Pertanyaannya, Enak jadi "mahasiswa" ?